Kamis, 22 Oktober 2015

Melemahnya Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Pada era ekonomi yang seperti sekarang ini, keadaan dimana mata uang rupiah yang    semakin terpuruk terhadap dollar yang saat ini sudah mencapai Rp.13.701 per dollar AS. Pengamat pasar uang Farial Anwar mengatakan, salah satu penyebab pelemahan rupiah karena faktor capital outflow asing yang terjadi di pasar keuangan. Sementara, pelemahan rupiah juga mendorong terjadinya capital outflow di pasar modal.

“Ini saling berkaitan, pelemahan rupiah mengkhawatirkan di pasar modal, mungkin untung di saham tapi rugi di pasar valas, itu sebabnya merek mau melakukan aksi jual, dan sebaliknya aksi jual saham melemahkan rupiah, sehinga saham jatuh dan dollar naik.”
Menurutya, pelemahan rupiah kemungkinan besar masih akan berlanjut dan belum ada tanda-tanda berhenti. Sebab, indeks harga saham gabungan naik karena intervensi yang dilakukan melalui pembelian kembali (buyback) saham-saham milik perusahaan BUMN.

Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah Meningkatnya perekonomian di Amerika Serikat. Untuk memulihkan ekonomi Amerika Serikat setelah krisis pada tahun 2008 membuat The Fed yang merupakan Bank Sentral Amerika berencana melakukan tapering off atau pengurang quantitative easing yang disebut juga dengan stimulus ekonomi. Rencana ini dikemukakan gubernur The Fed yaitu Ben Bernake pada Mei 2013 menjadikan langkah awal penguatan dollar terhadap keuangan global, sehingga suplay dollar menjadi berkurang.

Dampak sebaliknya diterima Indonesia yang merupakan negara berkembang, mudah terdepresiasi nilai mata uangnya karena pengaruh penguatan mata uang negara maju, khususnya Amerika Serikat. Nilai mata uang Indonesia memiliki karakteristik tersendiri,
soft currency yang artinya sensitif sekali terhadap perekonomian internasional. Spekulasi pada pasar Finansial, ketidakstabilan ekonomi maupun krisis finansial menyebabkan melemahnya nilai soft 
currency.

Namun, ada saja pihak yang merasa berbahagia karena melemahnya rupiah;
Para pengusaha Ekspor. Para pengusaha yang produknya dijual di luar negeri akan bersorak karena mendapatkan keuntungan. Alasannya biaya produksinya di Indonesia berupa Rupiah, namun akan mendapatkan dollar dari hasil penjualannya di luar negeri. Asalkan komponen produksinya tidak bergantung pada bahan-bahan yang harus di impor dari luar negeri, maka para eksportir akan mendapatkan keuntungan besar. Namun jika bahan baku mereka impor, maka kemungkinan mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan dengan melemahnya rupiah. Walaupun begitu, seiring dengan melemahnya rupiah, maka bahan-bahan yang lainnya pun juga ikut naik. Jadi, keuntungan yang didapat pun tidak terlalu besar.

Kenaikan harga bahan pokok pun menjadi tinggi akibat melemahnya nilai tukar rupiah. Yang terkena dampaknya pun masyarakat, terutama lapisan masyarakat menengah ke bawah dan penjualnya. Karena harganya, mereka memilih bahan makanan lain yang harganya lebih murah. Sehingga pendapatan penjual pun berkurang, apalagi jika ada tengkulak di saat harga naik, tentu uang penjual akan terkuras habis karena hal itu. Bukannya mendapatkan keuntungan tapi merasa rugi karena konsumen menghindari harga bahan pokok yang naik walaupun biasanya dibelinya.

Solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak terus tertekan adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cara membangun industri-industri subtitusi impor. Dalam hal ini pembangunan industri jaman Soekarno sebenarnya lebih visioner yaitu Soekarno membangun PT Krakatau Steel dimana baja memang dibutuhkan sebagai bahan baku yang strategis. Sayangnya sekarang PT Krakatau Steel sudah dijual. Kebijakan industri Soekarno itu tampaknya tak diteruskan dijaman Orde Baru yang menempuh jalan pintas dengan langsung membangun industri hilir berorientasi ekspor padahal bahan baku dan barang modalnya masih impor.


Langkah lain adalah menarik pulang devisa hasil ekspor yang sekarang masih banyak parkir di bank-bank luar negeri dengan cara misalnya membebaskan pajak bunga deposito hasil ekspor tersebut. Kepulangan devisa hasil ekspor sangat penting untuk menyangga cadangan devisa Indonesia untuk kepentingan Bank Indonesia menstabilkan nilai tukar rupiah.


referensi:
http://www.infoidebisnis.com/10-alasan-yang-menyebabkan-kurs-dollar-terhadap-rupiah-semakin-naik/
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/08/25/ntn3py254-rupiah-melemah-indonesia-belum-krisis
http://www.kompasiana.com/lahagu/mereka-yang-semakin-bersorak-dan-menjerit-jika-rupiah-menembus-level-rp-14-000-15-000-per-dollar-as_55d93324a2afbd510565972a
http://www.kompasiana.com/nugroho_sbm/rupiah-terus-melemah-apa-solusinya_552948eef17e6153598b4598