“Ini saling berkaitan, pelemahan rupiah
mengkhawatirkan di pasar modal, mungkin untung di saham tapi rugi di pasar
valas, itu sebabnya merek mau melakukan aksi jual, dan sebaliknya aksi jual
saham melemahkan rupiah, sehinga saham jatuh dan dollar naik.”
Menurutya, pelemahan rupiah kemungkinan besar masih
akan berlanjut dan belum ada tanda-tanda berhenti. Sebab, indeks harga saham
gabungan naik karena intervensi yang dilakukan melalui pembelian kembali (buyback) saham-saham milik perusahaan
BUMN.
Pelemahan rupiah terjadi karena beberapa faktor,
salah satunya adalah Meningkatnya perekonomian di Amerika Serikat. Untuk
memulihkan ekonomi Amerika Serikat setelah krisis pada tahun 2008 membuat The Fed yang merupakan Bank Sentral
Amerika berencana melakukan tapering off atau pengurang quantitative easing
yang disebut juga dengan stimulus ekonomi. Rencana ini dikemukakan gubernur The
Fed yaitu Ben Bernake pada Mei 2013
menjadikan langkah awal penguatan dollar terhadap keuangan global, sehingga
suplay dollar menjadi berkurang.
Dampak sebaliknya diterima Indonesia yang merupakan
negara berkembang, mudah terdepresiasi nilai mata uangnya karena pengaruh
penguatan mata uang negara maju, khususnya Amerika Serikat. Nilai mata uang
Indonesia memiliki karakteristik tersendiri,
soft currency yang artinya sensitif sekali terhadap perekonomian internasional. Spekulasi pada pasar Finansial, ketidakstabilan ekonomi maupun krisis finansial menyebabkan melemahnya nilai soft currency.
soft currency yang artinya sensitif sekali terhadap perekonomian internasional. Spekulasi pada pasar Finansial, ketidakstabilan ekonomi maupun krisis finansial menyebabkan melemahnya nilai soft currency.
Namun, ada saja pihak yang merasa berbahagia karena
melemahnya rupiah;
Para pengusaha Ekspor. Para pengusaha yang produknya dijual di luar negeri akan bersorak karena mendapatkan keuntungan. Alasannya biaya produksinya di Indonesia berupa Rupiah, namun akan mendapatkan dollar dari hasil penjualannya di luar negeri. Asalkan komponen produksinya tidak bergantung pada bahan-bahan yang harus di impor dari luar negeri, maka para eksportir akan mendapatkan keuntungan besar. Namun jika bahan baku mereka impor, maka kemungkinan mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan dengan melemahnya rupiah. Walaupun begitu, seiring dengan melemahnya rupiah, maka bahan-bahan yang lainnya pun juga ikut naik. Jadi, keuntungan yang didapat pun tidak terlalu besar.
Para pengusaha Ekspor. Para pengusaha yang produknya dijual di luar negeri akan bersorak karena mendapatkan keuntungan. Alasannya biaya produksinya di Indonesia berupa Rupiah, namun akan mendapatkan dollar dari hasil penjualannya di luar negeri. Asalkan komponen produksinya tidak bergantung pada bahan-bahan yang harus di impor dari luar negeri, maka para eksportir akan mendapatkan keuntungan besar. Namun jika bahan baku mereka impor, maka kemungkinan mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan dengan melemahnya rupiah. Walaupun begitu, seiring dengan melemahnya rupiah, maka bahan-bahan yang lainnya pun juga ikut naik. Jadi, keuntungan yang didapat pun tidak terlalu besar.
Kenaikan harga bahan pokok pun menjadi tinggi akibat
melemahnya nilai tukar rupiah. Yang terkena dampaknya pun masyarakat, terutama
lapisan masyarakat menengah ke bawah dan penjualnya. Karena harganya, mereka
memilih bahan makanan lain yang harganya lebih murah. Sehingga pendapatan
penjual pun berkurang, apalagi jika ada tengkulak di saat harga naik, tentu
uang penjual akan terkuras habis karena hal itu. Bukannya mendapatkan
keuntungan tapi merasa rugi karena konsumen menghindari harga bahan pokok yang
naik walaupun biasanya dibelinya.
Solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak
terus tertekan adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan cara
membangun industri-industri subtitusi impor. Dalam hal ini pembangunan industri
jaman Soekarno sebenarnya lebih visioner yaitu Soekarno membangun PT Krakatau
Steel dimana baja memang dibutuhkan sebagai bahan baku yang strategis.
Sayangnya sekarang PT Krakatau Steel sudah dijual. Kebijakan industri Soekarno
itu tampaknya tak diteruskan dijaman Orde Baru yang menempuh jalan pintas
dengan langsung membangun industri hilir berorientasi ekspor padahal bahan baku
dan barang modalnya masih impor.
Langkah lain adalah menarik pulang devisa hasil
ekspor yang sekarang masih banyak parkir di bank-bank luar negeri dengan cara
misalnya membebaskan pajak bunga deposito hasil ekspor tersebut. Kepulangan
devisa hasil ekspor sangat penting untuk menyangga cadangan devisa Indonesia
untuk kepentingan Bank Indonesia menstabilkan nilai tukar rupiah.
referensi:
http://www.infoidebisnis.com/10-alasan-yang-menyebabkan-kurs-dollar-terhadap-rupiah-semakin-naik/
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/08/25/ntn3py254-rupiah-melemah-indonesia-belum-krisis
http://www.kompasiana.com/lahagu/mereka-yang-semakin-bersorak-dan-menjerit-jika-rupiah-menembus-level-rp-14-000-15-000-per-dollar-as_55d93324a2afbd510565972a
http://www.kompasiana.com/nugroho_sbm/rupiah-terus-melemah-apa-solusinya_552948eef17e6153598b4598